#Buletin el-Ihsaniah #Sisi lain dari Isra Mi’raj
Tahukah Anda wahai Para Pemuda yang ditolak lamarannya oleh orang tua si gadis? Muhammad bin Abdullah ternyata pernah ditolak lamarannya oleh gadis bernama Fakhitah.
Fakhitah bukanlah orang asing namun sepupu nabi, anak dari Abu Thalib.
Setelah ditolak lamaran Muhammad bin Abdullah, Abu Thalib menerima pinangan Hubayra bin Abi Wahb, tidak diterima lamaran orang lain karena pertimbangan adat yang berlaku. Asbab adatnya adalah bani Makhzum, klan Hubayra, pernah menikahkan putri mereka dengan salah seorang dari kabilah Abu Thalib. Sehingga untuk menjaga hubungan baik, kabilah Abu Thalib membalas perlakuan itu. Nilai inilah yang berlaku dalam tradisi Arab kala itu.
Ihwal tidak sedap bagi kaum Adam itu terjadi sebelum masa kerasulan.
Akhirnya Fakhitah menikah dengan Hubayra. Pasangan ini tinggal di Mekah dan dikaruniai empat orang anak. Yang tertua bernama Hani’. Karena itu Fakhitah dikenal dengan Ummu Hani’ (ibunya Hani’).
Namun sayang, sang suami enggan memeluk Islam. Saat Fathu Makkah, ia lari keluar Mekah. Enggan memeluk Islam.
Ummu Hani’ pernah menemui Rasulullah di hari penalukkan Kota Makkah. Ia menceritakan, “Aku pergi menemui Rasulullah pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Ketika itu rasulullah sedang mandi, setelah mandi nabi shalat sunat ringan delapan rakaat.
Setelah shalat, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, saudaraku (Ali bin Abi Thalib) hendak membunuh seseorang yang aku lindungi, Fulan bin Hubayra’.
Ummu hani’ menyamarkan nama suaminya Hubayra “saingan” nabi ketika lamarannya ditolak yang belum bertauhid kepada Allah dan mengakui Muhammad sebagai Rasulullah SAW.
Namun adab dan akhlak seorang qudwah wa ushwah al hasanah menjawab ketika mengetahui bahwa yang akan dibunuh oleh Saidina Ali adalah mantan “saingannya” ketika ingin mempersunting Fakhitah bin Abu thalib.
“Rasulullah pun bersabda, ‘Sungguh kami melindungi orang yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani’’. Ummu Hani menjawab, ‘Jika demikian jelas masalahnya’.” (HR. Al Bukhari)
Cit jeulah, nyoe ngon pangulee ureung iseulam dan pangulee alam njang rahmatan lil a’lamin.
Ci ngon awak jeh, Abeh ditek-tek, Ancoe.
Namun berkat sifat tasamuf dan pemaaf sang rasulullah SAW ketika ia berduka wafatnya istri tercinta Khadijah binti Khuwailid. Nabi bermalam di rumah pamannya Abu Thalib, dan di rumahnya itulah terjadi peristiwa besar terjadi, rumahnya didatangi oleh malaikat Jibril alaihi salam untuk melakukan perjalan isra mi’raj. Subhanallah..!!!