Dia juga mengucapkan terima kasih juga kepada Tgk H M Fadhil Rahmi Lc yang selama ini sudah berkontribusi untuk Darul Ihsan dengan bimbangan IKAT sudah puluhan alumni kami kuliah di Timur Tengah.
“Juga kepada seluruh panitia dan ribuan jamaah yang telah berhadir,” katanya seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Serambinews.com, Kamis (4/4/2019).
Karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
“Saat ini, manusia itu kerap merasa paling canggih dan sombong, terutama dengan perkembangan teknologi mutakhir,” kata UAS.
Perkembangan teknologi memang telah membuat manusia seperti tak terhalang lagi dengan jarak dan waktu. Jika dulu orang ingin berkirim pesan membutuhkan waktu berhari-hari, saat ini hanya butuh beberapa detik saja.
Tetapi sesungguhnya, kecanggihan sudah lebih dulu terjadi pada zaman Nabi.
“Masjidil Haram, Mekkah, ke Masjidil Aqsha dan naik Sidratul Muntaha tidak sampai sepertiga malam,” kata UAS.
“Bukan mengirim surat atau foto, tapi mengirim Nabi Muhammad SAW. Mana yang lebih hebat, 2019 atau di zaman Nabi?,” katanya lagi.
Mereka bahkan mengolok-olok nabi Muhammad. Mereka meminta Nabi untuk mengangkat kakinya sebelah, lalu meminta mengangkat sebelah lagi.
Mengapa mereka tak percaya? “Jawabannya karena mereka tak bisa membaca. Padahal mereka bisa mendapatkan dalam Alquran tentang Nabi Sulaiman,” ujar UAS.
Alquran memang telah menggambarkan seorang manusia yang mempunyai ilmu dari alkitab mampu memindahkan singgasana Ratu Balqish, penguasa Saba di Yaman, hanya dalam satu kedipan mata ke Palestina.
“Sekarang saya tanya, apakah ada titipan kilat saat ini yang bisa bawa kursi dalam waktu lima detik? Tapi di zaman dulu, bahkan sudah ada yang lebih cepat lagi dari jin ifrit. Ada seorang laki-laki, dia manusia, Ashif Barkhiya namanya. Dia bahkan bisa membawa kursi dari Yaman ke Palestina, sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip,” kata UAS.
Tapi refleksi Isra Mikraj dewasa ini, kata UAS, masih menunjukkan banyaknya manusia berkawan dengan jin.
“Padahal sudah berabat-abat umat Islam menang melawan jin. Buktinya jin kalah ‘tender’ melawan Ashif Barkhiya karena prinsip Nabi Sulaiman bahwa lebih cepat lebih baik,” katanya.
“Kita akan maju jika kita kuasai ilmu pengetahuan. Dan sekarang terbukti, siapa yang tercepat, itulah yang menang,” katanya.
Karena itu, kata UAS, jika umat Islam ingin dapat bersaing di dunia global, maka harus cepat. “Pelayanan cepat, cermat, tidak bertele-tele,” katanya.
“Ikan sepat ikan, ikan gabus. Lebih cepat, lebih bagus,” kata UAS lagi sambil berpantun.
Tabligh akbar itu juga dihadiri Ketua Yayasan Dayah, H Musannif, Pimpinan Dayah Darul Ihsan, Tgk Muhammad Faisal, dan Ketua IKAT, Tgk Muhammad Fadhil Rahmi, Abu Muhammad Ismi Lc (Abu Madinah). (*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul UAS di Dayah Abu Krueng Kalee: Jin Sudah Kalah ‘Tender’ dengan Manusia di Zaman Nabi Sulaiman, http://aceh.tribunnews.com/2019/04/04/uas-di-dayah-abu-krueng-kalee-jin-sudah-kalah-tender-dengan-manusia-di-zaman-nabi-sulaiman?fbclid=IwAR3C2cg1DmVMGjwCRYLdqNDcwmugo1gub6mrn2XMHl75aUamrrLhlEaKIRc.
Penulis: Subur Dani
Editor: Mursal Ismail